MPI1 : MP2 : Upaya Perlindungan Kesmas

By digitalearning | Updated: July 12, 2024, 3:37 a.m.

Slideshow Video

SHARE THE AWESOMENESS

Training

create your own animated videos for free

_abc cc

* Powtoon is not liable for any 3rd party content used. It is the responsibility of each user to comply with 3rd party copyright laws.

Embed code

Select a size, the embed code changes based on your selection.

_abc Powtoon Transcript

MPI 1 
EPIDEMIOLOGI ZOONOSIS

MATERI POKOK 2
Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat
(part 1)
Dalam materi pokok ini, kita akan mempelajari upaya pencegahan, deteksi dan respon dalam rangka mengupayakan perlindungan kesehatan masyarakat.
Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran, peserta mampu Menjelaskan Upaya perlindungan kesehatan masyarakat.
Sub Materi Pokok
a. Pencegahan
b. Deteksi
c. Respon  
Upaya pencegahan penting untuk dilakukan sebagai bentuk perlindungan kesehatan masyarakat agar tidak terpapar suatu penyakit atau TIDAK MENGALAMI PERBURUKAN terhadap suatu penyakit.

Dalam mencegah suatu penyakit, perlu diketahui periode waktu berdasarkan riwayat alamiah penyakit yang terbagi menjadi periode prepatogenesis dan periode patogenesis.
a. Pencegahan
Prepatogenesis: 
Periode waktu dalam riwayat alamiah penyakit di saat sebelum agen penyakit (misal, virus, bakteri, dan sebagainya) berinteraksi dengan host atau pejamu atau inang/penderita
Prepatogenesis
Sedangkan, periode patogenesis terjadi setelah agen berinteraksi dengan host, yang dapat dikarenakan kondisi pejamu sedang rentan untuk kontak atau interaksi dengan agen penyakit
patogenesis
Metode pencegahan pada penyakit zoonosis berbeda-beda untuk setiap patogen. Patogen tersebut dapat ditularkan ke manusia secara langsung dari hewan melalui darah, air liur, air kencing atau zat tubuh lainnya selama proses diagnosa atau prosedur pengobatan atau secara tidak langsung dari lingkungan hewan tersebut.
metode pencegahan
Berdasarkan tahapan periode riwayat alamiah penyakit tersebut (prepatogenesis dan patogenesis), upaya pencegahan secara umum dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Tahapan
Pencegahan primer
Upaya pencegahan penyakit yang dilakukan sebelum terjadinya suatu penyakit dan umumnya dilakukan pada tahapan prepatogenesis atau tahapan saat mengarah pada kerentanan untuk terinfeksi (susceptibility).

Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah terjadinya penyakit sejak awal dan mempertahankan populasi yang sehat.

Metode pencegahan primer meliputi promosi kesehatan umum (health promotion) dan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit (specific protection).

Jika suatu penyakit sebagian besar dapat dihindari dengan strategi ini, maka pencegahan primer umumnya dianggap sebagai bentuk strategi pencegahan yang hemat biaya (cost-effective)
Pencegahan sekunder
Upaya yang dilakukan selama fase awal patogenesis (subklinis) setelah individu tersebut terinfeksi oleh agen penyebab penyakit.

Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mencegah penyakit muncul atau membatasi perkembangan munculnya penyakit, serta untuk mengurangi perburukan keparahan suatu penyakit setelah muncul.

Metode pencegahan sekunder meliputi upaya deteksi dini (early diagnosis) & pengobatan yang tepat (prompt treatment). 
Sebagai contoh dalam penanganan penyakit zoonosis, yaitu memberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR) pasca pajanan (terpapar) akibat luka gigitan, melakukan pengobatan Antraks dengan memberikan antibiotik penisilin, memberikan obat antivirus untuk mencegah komplikasi penyakit flu burung, dan sebagainya.
Pencegahan tersier
Terjadi pada tahap patogenesis atau klinis suatu penyakit. Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk fokus mencegah atau meminimalkan perkembangan penyakit serta memulihkan fungsi optimal pasien. 
Metode pencegahan tersier terdiri dari pembatasan disabilitas (disability limitation) dan rehabilitasi (rehabilitation). 
Misalnya, dilakukan terapi antimikroba, dampaknya terhadap ekonomi yang juga berhubungan akibat terjadinya penyakit zoonosis, dan sebagainya. 
Dikarenakan tingkat pencegahan ini memfokuskan upayanya setelah penyakit didiagnosa, maka pencegahan tersier dianggap sebagai bentuk pencegahan yang paling mahal.
Upaya deteksi menjadi salah satu pilar yang dijadikan penilaian evaluasi dari suatu kapasitas negara terhadap pengendalian suatu penyakit baik dalam penilaian Joint External Evaluation (JEE) yang kemudian saat ini dengan Global Health Security Agenda (GHSA)
DETEKSI
Salah satu bentuk upaya deteksi dalam pengendalian zoonosis berdasarkan 
Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2019 
meliputi modifikasi Inpres No. 4 tahun 2019
• Sistem peringatan dini
• Investigasi
• Penanganan dini kasus berpotensi wabah
DETEKSI
Sistem Peringatan Dini
Mengembangkan sistem peringatan dini secara terintegrasi. Sebagai contoh, pengembangan dan penggunaan Sistem Informasi Zoonosis dan EID (SIZE) yang dimanfaatkan sebagai pertukaran data dan informasi serta komunikasi antara sistem pengawasan kesehatan manusia, hewan, dan satwa liar.

Sehingga diharapkan agar dapat mendeteksi secara cepat potensi penyebaran penyakit dan membantu mengambil kebijakan secara tepat dan akurat. Hal tersebut juga sejalan dengan action packages GHSA pada ranah detect yaitu adanya surveilans penyakit secara real-time
Sistem Peringatan Dini
Memberdayakan masyarakat dalam pengamatan dan pelaporan terhadap potensi KLB/wabah. 
Partisipasi masyarakat untuk memahami informasi secara tepat (bukan hoax), disiplin mengubah perilaku, bersedia untuk dilakukan pemeriksaan (testing) dan pelacakan (testing), isolasi, karantina, serta dilakukan vaksinasi menjadi poin yang penting untuk diimplementasikan dalam pengendalian penyakit menular, terutama penyakit zoonosis berpotensi wabah
Sistem Peringatan Dini
Verifikasi perkembangan penyakit secara lintas sektor dibutuhkan agar dapat dilakukan pemetaan langkah mitigasi dan respon apa yang diperlukan untuk pengendalian suatu penyakit. Kemampuan deteksi dini berupa verifikasi yang cepat dan tepat dapat membantu mencegah suatu penyakit, misalnya dengan adanya pemeriksaan rapid diagnostic dan penggunaan Health Alert Card di setiap pintu masuk negara
Sistem Peringatan Dini
Penetapan keputusan berdasarkan analisis risiko secara cepat membutuhkan peran leadership baik di pusat maupun di daerah yang mampu memahami situasi di lapangan berdasarkan data yang dikumpulkan serta mampu bergerak cepat dalam situasi kebencanaan
Investigasi
Pencarian sumber penyebab melalui konfirmasi laboratorium dan cara penularan penyakit secara terintegrasi dan terpadu menggunakan pendekatan One Health. Hal ini diperlukan agar laporan investigasi yang dilakukan dapat menjelaskan why (mengapa) dan how (bagaimana) suatu penyakit muncul dengan memahami dan menemukan kausa atau penyebab, cara penularan, dan sumber penyakit yang tentu diinvestigasi secara komprehensif melalui kolaborasi multisektor
Investigasi
Penilaian cepat risiko KLB/wabah membutuhkan workforce atau SDM yang berkapabilitas dengan memanfaatkan Tim Gerak Cepat (TGC) secara terpadu terutama dalam melakukan penilaian risiko dengan menggunakan Joint Risk Assessment (JRA) Tool
Investigasi
Pertukaran data dan informasi secara lintas sektoral perlu dilakukan secara terpadu, baik dalam proses pengumpulan hingga proses analisis data menjadi sebuah informasi yang penting diketahui masyarakat atau publik. Hal tersebut diperlukan agar tersedianya informasi yang komprehensif dengan berbasis data baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam proses KIE

MPI1 : MP2 : Upaya Perlindungan Kesmas

Copy this link to share with friends and colleagues:

WELCOME TO POWTOON!